Senin, 21 November 2016

Sendu dan rindu, 10 Juli 2016

Malam ini aku kembali sendu

Sudah lama ingin kutulis semua sendu dan rindu ini
Hari hari aku lewati bersama rindu dan sendu yang tak kunjung pergi
Menit demi menit aku jalani
Detik demi detik ku hitung
Inginnya diriku melihatmu sedetik saja

Sendu dan rindu
Tau kabarmu saja senyumku sudah selebar itu
Salam darimu saja, hariku secerah fajar tadi pagi
Tetap saja rindu itu masih mengaum sendu
Ya.. setidaknya tidak segelisah kemarin

Sudah berapa hari, wajahmu lewat begitu saja dalam pikiranku
Sudah berapa ratus menit di hari ini, dengan tak sopannya kau mengganggu aku
Sedangkan kabar saja tak kau beritau
Lha.. memangnya aku siapa?
Rasa macam apa ini..
Sepertinya aku baru pertama begini
Mengagumi tanpa satu orang pun yang kuberitau

Dikala sendu dan rindu..
Sering terkhayal olehku
Sebenarnya bahagiaku dahulu hanya khayalan semu
Hampir mendekati tidak mungkin itu semua terjadi lagi
Bahkan aku sempat terbayang bahwa diriku menjadi ratunya suatu saat nanti....

Tidak tidak tidak!
Aku ini sering sekali mengkhayal
Membayangkan hal yang tidak tidak
Membiarkan imajinasiku liar entah kemana
Cobalah biarkan semua mengalir sesuai jalannya masing masing
Tak perlulah berharap banyak pada sesuatu yang tak pasti, bahkan mustahil
Semua orang memiliki jalannya masing masing
Mungkin ia sedang singgah sebentar di hati ini
Sebentarpun ia akan pergi lagi dan akan singgah orang yang baru
Tunggu saja, pasti takkan lama
Jangan sampai kau berkhayal lagi saat orang baru bersinggah, Tosca.


Wahai sendu dan rindu
Pergilah sebentar
Biarkan aku jalankan hidupku dulu
Jangan muncul dihadapanku

Salam rindu dari aku, Toscamu.


Sabtu, 19 November 2016

Titip rindu, 1 Mei 2016

Sudah genap 14 hari tak kulihat wajahmu sama sekali..

Bagaimana ya wajah kerungmu itu ...
Masalah apa ya yang membuatmu berkeringat lagi ..
Cerita siapa ya yang kau ingat ingat sampai tawamu tak bisa kulupa itu ..
Sebesar apa ya problematika sederhana yang kau besar besarkan lagi ..
Ah, sudah lama sekali ya ..

Hmm ternyata genap 14 hari ..
Aku masih ingat bagaimana wajahmu 14 hari yang lalu ..
Aku ingat betul wajah penuh penyesalan darimu 14 hari yang lalu ..
Aku paham betul hati penuh keinginan untuk dimengerti 14 hari yang lalu ..

Saat itu, awalnya kau bertemu aku untuk mendengar keluhan hidupku seperti biasanya ..
Tapi ternyata, hari itu kau bertemu dengan masalah ..
Kau ceritakan itu penuh emosi ..
“Bawa aku pergi jauh” katamu, haha aku masih ingat ..
Beruntungnya aku bisa mendengar keluh kesahmu hari itu ..

14 hari yang lalu adalah tawa terakhir yang kau lontarkan untukku .. 
Baru 14 hari ..
Kalau saja aku benar benar tak tau malu padamu ..
Mungkin rindu ini akan aku luapkan padamu ..
Rindu ini sudah memuncak
Rindu ini sudah melampau malam
Rindu ini hampir tak terbendung

Sangat perlu aku siapkan wadah yang baru untuk rinduku ..
Khawatir rindu ini sedikit membuncah lagi ..
Harus kusiapkan stok wadah rindu yang jumlahnya tak hingga ..

Malam ini rindu ..
Baru saja aku ingin ku luapkan rindu ini pada dirimu ..
Tapi, ternyata membuat catatan ini membuat satu wadah rindu hilang ..
Harus sebanyak apalagi aku menguntai kata ..
2 halaman saja baru satu wadah rindu yang hilang ..
Bagaimana dengan wadah wadah rindu yang lainnya?
Bagaimana dengan jutaan ton rindu yang masih belum tertampung ini?
Bagaimana dengan setiap wadah rindu kecil yang jumlahnya kian banyak ini?
Haaaaaaaaaaaaaaaaa ..

Mengapa hanya 14 hari saja aku begini ..
Tak sadarkah aku bahwa kau itu sahabatku ..
Rinduku tidak boleh melebihi ambang batas tali ini ..
Rindu ini haram untuk nampak ..
Tutuplah rindu ini dengan pisin pisin kecil
Letakkan lah pisin itu pada wadah rindu yang hampir tak terbendung itu ..
Biarkan pisin kecil itu menahan rindu ini sedikit lagi ..
Jangan sampai rindu ini meluap ke permukaan ..

Haaaaaaaaa...
Kenapa malam ini rindu sekali ..
Bagaimana dengan tahun depan?
Bagaimana dengan kehidupanku bulan bulan depan?
Aku akan menjadi teman lama baginya sebentar lagi ..
Aku tak akan jadi prioritas lagi ..
Ini baru 14 hari ..

Hai rindu, tolong pergi dulu sebentar ..
Masih banyak yang harus kukejar ..
Masih banyak mimpi yang harus kucapai ..
Masih banyak angan angan yang harus kuraih ..

Tapi rindu, tolonglah beritau aku ..
Apa rindu sejenismu juga pernah menghampirinya?
Apa rindu sepertimu pernah mengganggu malamnya?
Tolonglah tanya teman rindumu yang lain, apa dia pernah mengundang teman rindumu  itu di malamnya?
Tolonglah kabari aku, apa rindu yang sama pernah dirasakannya?
Apa dia juga mesti membuat stok wadah rindu yang sama denganku?

Jangan sampai ia menyadari ada rindu disini .. 
Titip rinduku untuk dirinya ..
Dirinya dengan berbagai kesibukannya ..
Dirinya dengan rinduku yang selalu mengikutinya ..


Kamis, 17 November 2016

Tidak-tidak, 5 Mei 2016

Jarum berdenting..
Hari ini libur!
Kubuka media sosial dengan senangnya.
Yep. Grup. Grup. Grup. Semuanya notifikasi dari grup.
“Hmm tak apa. Semua orang sedang berlibur.” Ujarku.

Path ku banyak sekali notifikasi yang masuk.
Tak sengaja, aku pun melihat teman teman yang lain gentayangan di path.
Kebanyakan check in sedang pulang.

Tak lama, Biruku muncul di path. Wah dia sedang bersama sahabatku yang lain, berramai-ramai.
Entah jadi tak enak hati diri iniiiii..

Hem, tadinya kupikir liburan 4 hari ini akan kuhabiskan salah satu harinya bersama Biruku..
Tapi baru saja kulihat, dia sedang bersama sahabat nya yang lain, bersenang senang.
Aku jadi terfikir..

Kalau begini, aku suka merasa  tidak penting..
Padahal tak boleh begitu.
Kan ada masanya Biru menghabiskan waktu denganku
Ada masanya juga ia bersenang senang dengan yang lain..
Aahh.. aku ini kenapa?
Hm..
Dia yang kenapaa..

Mengapa ia bersikap begitu manis padaku selalu??
Ah.. dia orang baik.
Mengapa ia selalu membuatku percaya dia akan selalu ada untukku??
Ah.. dia orang baik.
Mengapa aku selalu melihat senyum dan tatapannya padaku??
Ah.. aku tak tau lagi. Tak mengerti.

Tidak tidak! Aku tak boleh begini.
Dia sahabatku. Dia sahabatmu. Dia sahabat kalian.
Layaknya aku, Biru harus membagi waktu untuk sahabat sahabatku.

Yap!
Aku harus mengerti waktunya dengan sahabatnya.

Ayolah Tosca,
Jangan berpikir yang tidak tidak.
Jangan berpikir yang bukan bukan.


Kamis, 03 November 2016

Yang Spesial, 11 April 2016

Apa aku “yang spesial” bagimu?
Ada salah seorang teman, ia bilang padaku, aku begitu spesial bagi temannya, yang juga temanku.
Katanya, untuk hari ulang tahunku, ia rela begadang sampai pagi demi membuatkan aku sesuatu yang spesial.
Katanya, ia rela meninggalkan pekerjaannya, demi mendengar keluh kesah diriku yang sedang dirundung masalah.
Katanya, ia membalas pesan pesanku dengan cara yang spesial.
Katanya, ia bersikap kepadaku dengan sikap sikap yang spesial.
Sering kali diri ini merasa spesial jika kau melakukan berbagai hal terhadapku.
Aku tau kau. Aku tau kau merasa harus selalu melindungiku karena kau sahabatku.

“Yang spesial” katanya.
Berulang kali aku meyakinkan diriku, bahwa bukan aku “yang spesial” untuknya.
Bahkan, ia sering bilang padaku bahwa ia ingin mencari sesosok “yang spesial” itu, namun tak kunjung menemukannya.
Ia bilang, aku lah orang pertama yang akan ia beritahu jika sudah menemukan “yang spesial”.
Tandanya, sangat lucu jika aku mengharapkan jadi “yang spesial” untuk dirinya.

Oh tidak!
Aku tidak boleh berpikir begitu! Tidak boleh sama sekali!

Aku sahabatnya. Aku peduli padanya.Aku selalu ingin mendengar ceritanya.
Dia sahabatku. Dia selalu peduli padaku. Dia meninggalkan pekerjannya untuk diriku.
Kita bersahabat.
Tak akan jadi indah persahabatan ini jika aku mengira aku lah “yang spesial” bagimu.
Kita harus menemukan “yang spesial” bagi diri kita masing masing.
Cukuplah saling bercerita tentang harimu dan hariku.
Cukuplah saling menguatkan dalam masalah masing masing.
Cukuplah saling menghibur saat duka menghampiri salah satunya.

Kau tau? Kupikir kita bagaikan dua buah tali.
Kita diikat oleh sebuah ikatan, namanya persahabatan.
Tali itu ditarik sangat kencang, hingga mencapai titik maksimumnya.
Itu lah kita. Saling menguatkan ikatan itu.
Coba kau pikir, apa yang terjadi jika tali itu terus ditarik dengan dua kekuatan yang sama dari kedua sisinya.
Tali itu mesti akan putus.
Begitulah kita. Jika kita terus menarik ikatan kita melebihi kapasitas dan menjadi “yang spesial”, yang akan terjadi adalah ikatan itu akan terputus pada suatu saat yang tepat.
Maka, yang harus kita lakukan hanyalah mempertahankan ikatan itu agar tidak melonggar dan membuat tali kembali terpisah.
Tak usahlah berharap menjadi “yang spesial”.
Karena yang spesial akan datang pada waktunya.


Ku tunggu kau dengan kabar “aku telah temukan yang spesialku”

Biru dan Oby

Aku dan Biru belum lama berteman
Baru satu tahun belakangan ini
Tapi, kami layaknya sudah berteman sejak lahir. Kami begitu dekat.
Kami menceritakan apa saja.


Aku, si Tosca yang bawel, banyak protes, begitu mudah dekat dengan siapapun.
Dia, Biruku yang begitu enak diajak bicara, tidak pernah membiarkanku bicara banyak.
Betapa sering ia memotongku bicara, kau bawel, katanya

Aku, si Tosca yang jika sedang jalan sendirian sering ditanya,"kemana Birumu? Biasanya dimana kau ada dia"
Dia, Biruku yang selalu datang tepat waktu. Tepat saat aku butuh bantuan.
Biruku yang pergi dan sibuk dengan hidupnya, jika aku memang tak perlu
Biruku yang selalu bilang, "kau itu harus feminin sedikit"
Ya, aku memang tidak feminin, tapi tidak tomboy juga menurutku
Teman perempuan dan laki-laki buatku memang sama, tidak ada bedanya.
Makanya, aku juga mengira akan biasa saja pada Biru, yang mana sahabatku ini memang selalu ada buatku.

Tidak, tidak. Aku juga tidak mau larut dengan perasaan ini.

Maaf maaf saja, untuk catatanku selanjutnya nanti, aku akan mengambil dari catatan lamaku, jadi bukan cerita baru.
Karena aku selalu menulis keluh kesahku pada Oby, laptopku tersayang.
Selama ini hanya Oby yang mengerti, hanya ia yang mendengar keluhanku tentang Biru. Oby tau banyak.
Kata-kata ku memang tak sebagus penulis Tere Liye, tapi aku hanya ingin berbagi cerita, pada Oby, dan sekarang, pada penjuru dunia.
Yap. Aku hanya akan mengupload nya disini, catatan lama.

Selamat membaca isi hatiku.